Sabtu, 11 Juni 2011

Percayalah Anda Adalah Manusia Genius

Setelah membaca judul tulisan ini, coba Anda merenung sebentar. Lihat, cermati, rasakan dan ingat kembali apa yang seketika muncul dalam pikiran Anda ketika membaca judul tersebut. Apakah Anda merasa kaget dan sedikit mengerutkan dahi ? Apakah Anda menjadi tertarik dan itu kemudian membangkitkan rasa keingintahuan Anda ? Atau mungkin, seketika itu juga dalam pikiran Anda muncul pernyataan bantahan "Omong kosong apalagi ini ?"

Tidak semua mungkin dari Anda bereaksi seperti yang saya sebutkan tadi ketika membaca judul tulisan ini, tetapi saya berani bertaruh (seandainya boleh) bahwa sebagian besar dari Anda akan bereaksi seperti yang saya sebutkan tadi atau minimal senada lah dengan itu. Jujur saja yah.... hehehehe nggak usah ngebantah deh...

Nah, apa artinya ini ? Sederhana saja jawabannya. Artinya banyak dari kita tidak percaya bahwa diri kita atau semua yang namanya manusia itu genius. Genius disini tidak berarti Anda harus mampu menghafal banyak hal dan mampu menyebutkannya dengan fasih. Dan genius itu juga tidak berarti bahwa di belakang nama Anda harus ada sederet titel, ataupun Anda harus terlebih dahulu mendapatkan pengakuan resmi dari lembaga-lembaga tertentu. Hehehehehe... Tidak, tidak seperti itu maksudnya. Genius itu adalah kemampuan untuk memahami sesuatu dengan baik dan jelas, dan kemampuan ini muncul karena adanya kemauan untuk melihat segala sesuatu dari semua sisi sehingga menghasilkan pemahaman yang benar-benar utuh. Sesuatu yang saya maksudkan disini artinya adalah apa pun. Yup, apa pun, segala sesuatu baik yang berbentuk ataupun tidak berbentuk. Jadi tidak terbatas pada satu atau dua hal saja.

Nah, ketika kita memiliki pemahaman yang benar-benar utuh tentang sesuatu karena kita sudah melihatnya dari spektrum yang luas maka akan sangat mudah bagi kita untuk mengerti apa dan bagaimana sesuatu itu. Sehingga ketika kita melihat, mengalami atau merasakan sesuatu, kita jadi mengerti dan memahami apa yang kita lihat, apa yang kita alami atau apa yang kita rasakan tersebut. Dan ketika kita mengerti dan paham maka semuanya akan menjadi mudah dan jelas bagi kita.

Ok, ilustrasi sederhananya begini deh... Anda pasti pernah mendengar atau membaca cerita tentang lima orang buta yang bertengkar dan bersitegang satu sama lain bahkan masing-masing sudah menghunus senjata-senjata andalannya (konon kelima orang buta ini ahli silat juga) ketika mereka saling mencoba menjelaskan tentang sosok seekor gajah yang baru pertama kali mereka jumpai. Orang buta yang pertama bersikukuh bahwa gajah itu bentuknya bulat, panjang, ujungnya berlubang dan berlendir (please jangan ngeres yah!). Orang buta yang kedua berteriak bahwa gajah itu bentuknya pipih dan lebar. Yang ketiga membantah bahwa gajah itu panjang, bulat dan ada bulunya (wah.. pasti pikiran Anda sudah macam-macam neh..). Yang keempat malah bilang gajah itu bulat, runcing dan keras. Dan yang kelima malah bilang gajah itu bulat dan besar.

Salah nggak kelima orang buta ini ? TIDAK.. apa yang mereka ungkapkan adalah benar. Saya menyebutkan benar karena bagaimanapun juga mereka melihat dari sisi pandang mereka berdasarkan fakta dan kenyataan yang mereka temui, karena mereka buta yah berarti faktanya berdasarkan apa yang bisa mereka rasakan saja... Tetapi, seandainya mereka sedikit saja mau mendengarkan pendapat teman-teman mereka yang lain tanpa saling merasa bahwa pendapatnya lah yang benar dan pendapat orang lain adalah salah maka perdebatan dan pertengkaran tersebut tidak akan terjadi. Bahkan dengan menggabungkan seluruh pendapat masing-masing mereka malahan akan mendapatkan sebuah gambaran yang lebih lengkap tentang sosok gajah yang mereka perdebatkan. Atau jika saja mereka mau untuk melihat dan memahami bagaimana teman mereka tersebut sampai memiliki pendapat yang berbeda dengan mencoba melakukan apa yang teman mereka tersebut lakukan, yaitu dengan memegang bagian tubuh gajah yang mereka pegang sehingga mereka bisa saling memahami mengapa teman mereka berpendapat begini atau begitu, maka mereka masing-masing akan memiliki pemahaman yang jauh lebih baik tentang gajah.

Jadi Genius itu hanyalah masalah mau dan tidak mau saja bagi manusia. Genius bukan soal otak, genius bukan soal keturunan dan lain sebagainya. Siapapun Anda, selama Anda masih keturunan manusia dan bukan berasal dari kera yang berjalan tegak maka Anda terlahir dengan kemampuan yang sama secara fisik. Potensi kita sebagai manusia sama besarnya satu sama lain. Kita terlahir untuk menjadi sang genius. Tuhan sudah menciptakan dan memproklamirkan kita sebagai ciptaan-Nya yang paling sempurna. Sempurna kata Tuhan jauh dari pengertian sempurna yang bisa kita bayangkan. Nah, yang membuat kita terlihat memiliki kemampuan lebih atau kurang dari manusia lainnya hanyalah terletak pada soal mau dan nggak mau saja.

Anda mungkin terkagum-kagum dengan Albert Einstein, Picasso, Mozart dan lain sebagainya yang kebanyakan orang menganggapnya sebagai manusia-manusia genius karena ahli dalam bidangnya masing-masing. Dan maaf-maaf saja saya tidak pernah menganggap mereka genius karena hal-hal tersebut. Sama sekali tidak. Apa yang mereka capai adalah hal biasa saja, Anda, saya dan seluruh manusia dari bangsa manapun bisa melakukan apa yang mereka lakukan karena kita sebagai manusia memang sudah dipersiapkan untuk bisa seperti itu.

3 Area di dalam hidup kita

Ada 3 Area di dalam hidup kita
1. Area di luar kontrol kita
2. Area di dalam pengaruh kita
3. Area di dalam kontrol kita

Area di luar kontrol kita misalnya kita terlahir sebagai laki-laki atau perempuan, kita lahir tanpa bisa memilih orang tua kita, cuaca, ada helikopter mendadak menjatuhi kita, dan lain-lain.
Hal hal di atas tidak selalu mutlak. Bisa jadi jenis kelamin kita menjadi sesuatu di dalam kontrol kita apabila memang ditemukan teknologi untuk merubah ini (ini tidak saya sarankan)

Area di dalam pengaruh kita misalnya anak kita, teman kita, istri kita dan lain-lain. kalau keadaan ekonomi, politik? Ekonomi, politik bukanlah sesuatu di dalam kontrol kita, tetapi masih bisa kita pengaruhi. Jadi, keadaan ekonomi dan politik merupakan sesuatu di dalam pengaruh kita.

Apakah anak kita merupakan sesuatu di dalam kontrol kita? Bukan. Anak kita hanyalah sesuatu di dalam pengaruh kita. Kita tidak bisa mengontrolnya, misalnya jika dia tidak mau makan. maka anak kita merupakan sesuatu di bawah pengaruh kita.
Kalau binatang peliharaan kita ? Binatang peliharaan kita merupakan sesuatu di dalam pegaruh kita, bukan di dalam kontrol kita. Misalnya anjing kesayangan kita, kita tidak bisa mengontrolnya jika dia menggonggong terus. Kita hanya bisa mempengaruhinya saja.

Terus hal yang ada di dalam kontrol kita apa sih?
Sesuatu hal yang di dalam kontrol kita adalah sesuatu yang ada di dalam diri kita, misalnya emosi kita.


Ada dua kisah yang sangan inspiratif, yaitu Elvis Presley dan W mitchel

Elvis Presley, orangnya sagat tampan, sangat fasih dalam menyanyi, terkenal dan kaya raya. Ketika itu dia tidak merasa bahagia, akhirnya dia berfikir, saya akan bahagia jika punya rumah. Setelah punya rumah ternyata tidak bahagia. Akhirnya dia berfikir "saya akan bahagia jika memiliki pasangan yang cantik. Dia bahkan sempat berganti-ganti pasangan, antara lain dengan Dixie Locke, Anita Wood, Ann-Margret, Linda Thompson, Ginger Alden, dan Priscilla. Tetapi dari situ dia tidak menemukan kebahagiaan. Kareana sama sekali tidak menemukan kebahagiaan, akhirnya dia mulai memakai obat-obatan terlarang. Apakah 1 butir cukup? ternyata tidak, besoknya dicoba 2 butir. Apakah 2 butir cukup? Ternyata tidak. besoknya 5 butir. apakah 5 butir cukup? ternyata tidak. Akhirnya dia gunakan 35 butir sampai akhirnya meninggal.

Kisah ini jauh berbeda dengan W Mitchel. Dia adalah seorang pemuda yang sangat hobi mengendarai sepeda motor besar. Suatu saat dia mengendarai sepedanya di jalan tol dengan kecepatan mendekati 200 km/jam. Ketika dalam perjalanan mendadak sepeda motornya mengalami gangguan. Ketika itu dia menengok karburatornya ketika sepeda motor masih berjalan. Pada saat mengangkat kepalanya mendadak di depannya ada truk McDonald yang sedang berhenti. Dalam sepersekian detik dicobanya untuk membelokkan sepeda motornya. Sepeda motornya akhirnya masuk ke dalam kolong truk. Beruntung dia tidak menabrak truk, tetapi dia terbakar bersama sepeda motornya. Kondisi tubuhnya terbakar 90%. Wajahnya yang tampan juga tergores aspal, sehingga dioperasi plastik 7 kali juga wajahnya tetap jelek.
Akhirnya W Mitchel dirawat di rumah sakit. Tetapi karena emosinya bagus maka kondisi wajahnya yang masih jelek dipakai untuk menakut-nakuti para perawatnya. Setelah sembuh dia bisa hidup normal, dan bahkan akhirnya dia memiliki 3 perusahaan sampai akhirnya memiliki pesawat helikopter sendiri. Dia juga menikah dengan wanita yang dicintainya.

Suatu hari Mitchel mengendarai pesawat pribadinya bersama 3 orang temannya. Akan tetapi di perjalanan pesawatnya mengalami gangguan akibat bahan bakarnya tersumbat, hingga akhirnya 3 orang temannya tewas. kondisi Mitchel sangat menyedihkan. Dia lumpuh leher ke bawah, suara dari mulutnya tidak bisa keluar, bahkan dia juga tidak bisa menelan makanan. Yang lebih menyedihkan, diat tidak bisa bernafas kecuali memakai alat bantu. Yang bisa dilakukan hanyalah mengedipan matanya. Dengan kondisi seperti itu semestinya dia berhak bersedih. Tapi beruntung juga hanya bisa berkedip, karena jika ingin bunuh diri maka dengan kedipan matanya dia tidak akan mati juga. Komunikasi dengan Mitchel sangatlah sulit.

Akhirnya seorang perawatnya berusaha untuk membuat komunikasi dengan dia. Satu kedipan berarti iya dan 2 kedipan berarti tidak. Dia memilih 26 huruf abjad untuk dirangkai menjadi kalimat. Misalnya apakhah huruf I? jika iya diteruskan, jika tidak diganti. Setelah huruf pertama benar misalnya ditanya apakah huruf S? jika iya diteruskan. Apakah berikutnya R, jika iya maka diteruskan sampai akhirnya terbentuk kalimat ISTRI. Berarti Mitchel lagi membutuhkan istrinya.

Suatu hari dokter datang dan berkata, "mulai hari ini kamu menjadi tumbuhan, kamu akan hidup dengan bergantung pada orang lain". Ketika dokter berkata begitu, Mitchel malah berkata dengan bahasa isyaratnya ,"Saya akan keluar dari rumah sakit ini, saya akan mandiri". Dokter berkata "tidak mingkin". Akhirnya Mitchel berkata dalam bahasa isyarat "memangnya kamu Tuhan" . Dengan keadaan seperti itu Mitchel bukan tertekan tapi malah tertantang.

Istrinya hanya bisa bertahan menemani dia selama 3 minggu, setelah itu dia kabur bersama pria lain sambil membawa hartanya. Menghadapi keadaan seperti itu dia mala semakin tertantang.

Akhirnya dia meminta kepada perawatnya coba untuk melepaskan alat bantu pernafasannya. Perawatnya langsung berkata "jangfan, nanmti kamu mati". Mitchel berkata ,"ya jangan lama-lama, saya kan ingin belajar bernafas". Karena permintaan Mitchel yang terus menerus akhirnya prawat mencobanya. Setelah mencoba ternyata Mitchel memeng tidak bisa bernafas sampai mukanya merah semua. Sang perawat akhirnya mengenakannya kembali. Setelah dikembalikan , Mitchel sedikit lega, tetapi dia meminta dicoba dilepas sekali lahi. Kejadian ini terus berulang-ulang karena Mitchel memang tidak bisa bernafas. Tetapi pada hari ke 14 akhirnya Mitchel bisa bernafas tanpa memakai alat bantu.

Mitchel tidak menyerah sampai di situ. Dia meminta kepada perawatnya supaya disuapi makanan. Sang perawat berkata "Jangan, nanti kalau sampai tersumbat di tenggorokan bisa berbahaya". Mitchel berkata ,"Jangan yang keras, tapi bisa dimulai dari jus buah dulu. " Setelah disuapi dengan sedikit jus buah, Mitchel tidak bisa menelan, bahkan sebagian keluar lewat hidung. Setelah dicoba berkali-kali akhirnya Mitchel bisa menelan makanan pada hari ke 10.

Tibalah saatnya Mitchel belajar berbicara lagi. Dia berusaha mencoba berteriak-teriak, sehingga membuat perawatnya kaget. Sampai akhirnya karena usahanya yang begitu sungguh-sungguh, Mitchel bisa berbicara.

Setelah itu Mitchel meminta kepada perwatnya untuk menggerakkan tangannya sedikit demi sedikit. Setelah sekian lama latihan akhirnya Mitchel bisa menggunakan tangannya sampai akhirnya dia bisa keluar dari rumah sakit dengan memakai kusi roda.
Pendek kata akhirnya Mitchel belajar bermain basket, memajukan usahanya lagi, siaran di radio, berkampanye untuk orang-orang cacat, bahkan sempat menjadi walikota. Yang lebih unik lagi, dia akhirnya menikah dengan perawat yang merawatya selama ini.

Nah apa bedanya Elvis presley dengan W Mitchel ?
Elvis Presley menggantungkan kebahagiaan pada sesuatu yang bukan di dalam kontrolnya, tetapi W Mitchel menggantungkan kebahagiaan pada sesuatu di dalam kontrolnya.

Berhenti Menjadi Gelas

Seorang guru mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya belakangan ini selalu tampak murung.

“Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di dunia ini? Ke mana perginya wajah bersyukurmu?” sang Guru bertanya.

“Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya,” jawab sang murid muda.

Sang Guru terkekeh. “Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam. Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu.

“Si murid pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan gurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta.

“Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu,” kata Sang Guru.
“Setelah itu coba kau minum airnya sedikit.” Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum air asin.
“Bagaimana rasanya?” tanya Sang Guru.
“Asin, dan perutku jadi mual,” jawab si murid dengan wajah yang masih meringis.

Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang meringis keasinan.

“Sekarang kau ikut aku” Sang Guru membawa muridnya ke danau di dekat tempat mereka.

“Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau.” Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya.

“Sekarang, coba kau minum air danau itu,” kata Sang Guru sambil mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat di pinggir danau.

Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, dan membawanya ke mulutnya lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingin dan segar mengalir di tenggorokannya, Sang Guru bertanya kepadanya, “Bagaimana rasanya?”
“Segar, segar sekali,” kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan punggung tangannya. Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumber air di atas sana . Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah.

Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa asin yang tersisa di mulutnya.

“Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?”

“Tidak sama sekali,” kata si murid sambil mengambil air dan meminumnya lagi. Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya, membiarkan muridnya itu meminum air danau sampai puas.

“Nak,” kata Sang Guru setelah muridnya selesai minum.

“Segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih. Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah ditakar oleh Tuhan, sesuai untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang bebas dari penderitaan dan masalah.”

Si murid terdiam, mendengarkan.

“Tapi Nak, rasa `asin’ dari penderitaan yang dialami itu sangat tergantung dari besarnya ”hati” yang menampungnya. Jadi Nak, supaya tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan hati dalam dadamu itu jadi sebesar danau.”

kerang

Ada seekor anak kerang sedang menangis dengan keras sekali... seakan - akan dia sudah tak sanggup menahan rasa sakit dan penderitaan itu.

Sang Ibu pun bertanya: "Ada apa anak ku?... Kenapa engkau menangis begitu keras.....?"

Si Anak pun menjawab, "Sakit sekali ibu..... ada butiran-butiran pasir masuk ke dalam cangkangku....."

Ibunya pun berkata, "Sabarlah Anakku... inilah hidup... kelak engkau akan mengerti arti dari semua ini....."

Beberapa bulan kemudian anak kerang tersebut terlihat menari - nari kegirangan. Rupanya rasa sakit yang selama ini dia rasakan telah berubah menjadi sebuah mutiara yang sangat indah.....

Sahabat, seringkali dalam hidup kita merasa sakit dan hampir putus asa dikarenakan cobaan-cobaan yang kita hadapi. Padahal jikalau kita mau bersabar dan berusaha, maka kita akan bisa mencapai kebahagiaan yang kita impikan.... teruslah berusaha... kejar cita-citamu. Karena sesungguhnya kegagalan itu tidak akan pernah ada selama kita mau berusaha dan terus belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi dari sebelumnya.

paku

Suatu ketika ada seorang anak laki laki yang bersifat pemarah. Untuk mengurangi sifat marah sang anak, ayahnya memberi sekantung paku dan menyuruhnya memakukan sebuah paku di pagar belakang setiap kali dia marah.

Hari pertama, anak itu telah memakukan 48 buah paku ke pagar setiap kali dia marah. Lalu secara bertahap jumlahnya berkurang. Dia mendapati bahwa ternyata lebih mudah menahan amarah daripada memakukan paku ke pagar.

Akhirnya tibalah hari dimana sang anak betul betul bisa mengendalikan amarah dan tidak cepat hilang kesabarannya. Dia memberitahukan hal ini pada ayahnya, yang mengusulkan untuk mencabut sebuah paku setiap hari dimana dia tidak marah.

Hari hari berlalu dan anak laki laki itu akhirnya memberitahukan ayahnya bahwa semua paku telah tercabut olehnya.
Lalu sang ayah menuntun anaknya ke pagar, “Hmm…kamu telah berhasil dengan baik anakku, tapi lihatlah lubang lubang dipagar ini. Pagar ini tidak akan pernah sama seperti sebelumnya. Ketika kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahan, kata katamu meninggalkan bekas seperti lubang ini…di hati orang lain”.

Kamu dapat menusukkan pisau kepada orang lain, lalu kamu mencabutnya. Tapi tidak peduli berapa kali kamu minta maaf, luka itu akan tetap ada. Dan luka karena kata kata adalah sama buruknya dengan luka fisik.

inspirasi

Copy Paste dari tulisan Pak Adi W. Gunawan

Journey into the less explored universe of own mind is the most exciting and challenging adventure that only a few dare to enjoy.
- Adi W. Gunawan

Kalimat pembuka di atas adalah hasil perenungan saya dalam proses perjalanan ke dalam diri. Ternyata pikiran adalah suatu alam yang begitu luas dan sangat jarang dijelajahi oleh kebanyakan orang. Pikiran adalah the last frontier yang menyimpan begitu banyak misteri dan keajaiban. Artikel berikut mengulas salah satu aspek yang berhubungan dengan pikiran yaitu aspek perasaan atau emosi.

Minggu lalu saya mendapat telpon dari seorang kawan lama, sebut saja Budi, yang berkeluh kesah mengenai keadaan dirinya. Banyak hal yang ia keluhkan. Mulai dari kondisi keuangannya, keadaan kesehatannya, keadaan keluarganya, lingkungan kerjanya dan masih banyak lagi.

Saya stress berat nih !, keluhnya.

Kamu berkata saya stress berat. Bagian mana dari dirimu yang mengalami stress ?? tanya saya sambil mulai berusaha mengubah mental state-nya.

Maksudmu ??, kawan saya balik bertanya dan mulai terlihat bingung.

Tadi kamu bilang bahwa kamu stress berat. Saya ingin tahu bagian mana dari dirimu yang mengalami stress berat itu ??, tanya saya lagi.

Ya benar. Saya lagi stress berat. Saya nggak ngerti pertanyaanmu?, jawab Budi semakin bingung.

Begini Bud. Manusia terdiri dari badan dan batin. Nah bagian mana dari dirimu yang merasakan stress ? Badan ? Pasti merasakan. Badanmu pasti merasa tidak enak karena setiap bentuk emosi akan berakibat pada tubuh fisik. Selain itu yang lebih penting lagi adalah kamu perlu mengerti aspek batinmu. Batin manusia terdiri dari empat komponen yaitu: pikiran, perasaan, ingatan, dan kesadaran, jawab saya.

Trus... kalau saya frustasi... bagian mana yang merasakan frustasi.. Bukankah yang merasakan frustasi adalah diri saya ??, tanyanya dengan penasaran.

Pembaca yang baik. Apa yang saya jelaskan berikut ini adalah ringkasan dari hasil diskusi kita mengenai perasaan atau emosi.

Setiap kali kita merasa tidak enak, secara mental, maka yang terkena sebenarnya adalah perasaan kita. Aspek perasaan inilah yang akan menderita setiap kali kita merasakan emosi.. negatip?. Sengaja saya memberikan tanda kutip karena sebenarnya semua emosi adalah baik atau positip.

Lalu dari mana asalnya emosi ? Apa hubungannya dengan kejadian yang kita alami setiap hari ?

Sebelum bicara mengenai emosi saya ingin mengulas sedikit mengenai proses berpikir. Setiap kejadian yang kita alami bersifat netral. Tidak ada kejadian yang baik ataupun buruk. Shakespeare dengan sangat indah berkata, "There is nothing either good or bad, but thinking makes it so". Jadi, baik atau buruknya suatu kejadian semata-mata bergantung pada makna yang diberikan oleh pikiran kita.

Pemberian makna ini sebenarnya berlangsung sangat cepat dan terjadi di pikiran bawah sadar. Contohnya ? Misalnya anda sedang mengendarai mobil dengan santai dan tiba-tiba sebuah mikrolet menyalip anda dengan cepat dan langsung berhenti mendadak di depan anda. Anda sangat kaget dan untung masih sempat menginjak rem sehingga tidak sampai menabrak mikrolet itu. Bagaimana reaksi anda ? Pada umumnya orang akan langsung marah, memaki, atau mengumpat si sopir mikrolet.

Ceritanya akan lain bila ternyata anda baru menang hadiah utama, sebesar Rp. 1 Milyar, dari suatu bank. Saat itu hati anda sedang gembira. Dan saat anda disalip mikrolet, anda akan berkata, Kasihan ya sopir ini. Rupanya lagi ngejar setoran. Maklum ekonomi lagi sulit. Ada baiknya saya menyumbangkan sedikit rejeki saya buat sopir malang ini?. Anda kok tidak marah ?

Nah, makna yang kita berikan, dari setiap kejadian yang kita alami, selanjutnya akan mencetus / men-trigger emosi yang ada di pikiran bawah sadar. Emosi ini selanjutnya akan menentukan respon / reaksi kita.

Tadi saya mengatakan bahwa semua emosi adalah baik. Tidak ada emosi yang negatip. Apa maksudnya? Anda mungkin heran dengan pernyataan ini. Bukankah emosi , marah, kecewa, frustasi, dan sejenisnya adalah emosi negatip ?

Sebelum saya teruskan uraian saya, saya ingin bertanya kepada anda, Berapa banyak kosa kata, tentang emosi, yang anda kuasai ??. Banyaknya kosa kata yang anda kuasai, mengenai emosi, mencerminkan kecerdasan emosi anda. Lho kok bisa ? Umumnya orang hanya mengenal beberapa kata yang mewakili emosi. Misalnya kata marah, kecewa, frustasi, atau stress. Karena mereka hanya menguasai beberapa kata saja maka setiap kali mengalami emosi negatip, maka mereka langsung berkata, "Saya lagi stress". Singkat kata semua kondisi emosi dianggap stress. Benarkah demikian ?

Ada banyak kata yang mewakili emosi. Misalnya sedih, stress, putus asa, kecewa, marah, senang, bahagia, frustrasi, gembira, gelisah, depresi, terluka, iri / dengki, kesepian, rasa bosan, takut, jengkel, khawatir, cemas, rasa bersalah, tersinggung, dendam, sakit hati, rasa tidak mampu, benci, perasaan tidak nyaman, bahagia, tersanjung, dan cinta.

Lalu apa sih gunanya emosi ? Emosi sebenarnya merupakan sinyal komunikasi yang berasal dari pikiran bawah sadar. Setiap emosi mempunyai makna dan tujuan yang sangat spesifik yang sangat bermanfaat bagi diri kita. Namun sayang, tidak banyak orang yang tahu, mau repot-repot untuk mencari tahu, atau benar-benar mengerti makna yang terkandung dalam setiap emosi.

Misalnya emosi "marah". Mengapa kita marah ? Marah berarti ada pengharapan kita yang tidak terpenuhi atau kita merasa telah diperlakukan secara tidak adil oleh orang lain.

Emosi menjadi sesuatu yang negatip bila kita tidak mampu mengartikan pesan yang terkandung dalam emosi itu. Emosi berakibat negatip bila kita dikuasai olehnya. Lalu bagaimana cara untuk bisa menguasa emosi kita ? Cara mudah. Kita perlu memahami bahwa pikiran logis dan emosi tidak dapat aktif dalam waktu bersamaan. Salah satu pasti menguasai yang lain.

Jadi, bila emosi yang dominan maka pikiran logis tidak dapat bekerja. Demikian sebaliknya. Saat pikiran logis sedang aktif maka emosi kehilangan daya pengaruhnya. Hal ini bisa terjadi karena perasaan atau emosi sebenarnya adalah bentuk pikiran juga. Dengan mengubah pikiran maka perasaan akan berubah.

Cara paling mudah untuk menguasai dan menghilangkan pengaruh negatip suatu emosi adalah dengan melakukan analisa atau mencari tahu makna yang terkandung dalam setiap emosi yang sedang anda rasakan.

Misalnya anda sangat marah. Daripada larut dalam kemarahan anda, lakukan analisa. Hal ini memang tidak mudah. Namun anda harus disiplin untuk memaksa diri anda melakukan analisa. Caranya ? Tanyakan kepada diri anda, ?Mengapa saya marah ??, Apakah karena mood saya lagi nggak enak atau ada sebab lain , Apakah benar saya telah diperlakukan tidak adil oleh orang lain , Apakah benar emosi yang saya rasakan saat ini adalah emosi marah ??, Apakah saya telah memberikan makna yang tepat atas apa yang saya alami , Apa yang saya bisa lakukan selain larut dalam kemarahan ??.

Saat anda bertanya pada diri anda saat itu pula fokus anda mulai beralih. Saat anda mencari jawaban atas pertanyaan anda saat itu pula pikiran logis anda bekerja dan menjadi dominan. Bila anda sering melakukan analisa terhadap perasaan anda maka anda akan semakin mengenali diri anda dan akan timbul kebijaksanaan.

Bagaimana dengan emosi takut ? Perasaan takut adalah suatu emosi yang sangat positip. Apa maknanya ? Emosi takut adalah sinyal komunikasi yang dikirim pikiran bawah sadar ke pikiran sadar dengan pesan bahwa akan terjadi sesuatu di masa depan, di mana anda merasa tidak siap untuk menghadapinya. Dengan kata lain, emosi takut sebenarnya membawa pesan antisipasi.

Misalnya Saat anda mau ujian skripsi. Anda merasa takut. Nah, daripada hanya sekedar ketakutan, anda harus menyiapkan diri dengan sungguh-sungguh. Anda takut karena anda merasa tidak siap. So... siapkan diri anda dengan lebih baik. Sederhana, kan ?

Bagaimana dengan emosi lainnya ? Misalnya rasa bosan. Rasa bosan artinya apa yang kita lakukan sekarang ini kurang menantang. Itulah sebabnya kita bosan. Lalu, apa yang harus dilakukan ? Kita perlu menetapkan suatu target yang sedikit lebih tinggi dari biasanya sehingga kita merasakan tantangan dan dorongan untuk lebih giat bekerja.

So, berbahagialah bila anda yang merasakan up and down suatu emosi. Anda akan semakin bijaksana karena mendapat pesan dari guru kebijaksanaan.

Oh ya, satu hal lagi. Kalaupun anda tidak mau menganalisa atau tidak tahu makna dari suatu emosi yang sedang anda rasakan, anda cukup berdiam diri atau menahan diri untuk tidak menuruti emosi anda. Mengapa ? Karena emosi sama dengan pikiran. Sekarang muncul, selang beberapa saat lagi akan menghilang. Muncul lagi, lalu hilang lagi.